Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Peci Ayah

Gambar
                            Aku ingat saat kecil aku ingin sekali memakai peci ayah untuku pakai sholat, tapi ayah selalu mengambilnya lagi karena ukuranya terlalu besar, lalu ayah membelikan peci yang baru untuku. Setiap hendak sholat atau ke TPA aku tak pernah lupa untuk memakainya, aku sangat senang karena ini pemberian ayah.            Tapi sepulang dari TPA aku lupa dengan peci itu, aku sibuk main sama teman-teman setelah selesai belajar lalu pulang lupa dengan membawa pecinya. Saat kumandang adzan maghrib terdengar ayah menagajaku sholat berjamaah, aku mencari peci itu, namun ngga ketemu. Aku baru ingat aku meninggalkanya di TPA, “uuuh gara-gara aku main jadi lupa sama pecinya”.             Aku bilang ke ayah kalau peci itu ketinggalan di TPA, ayah hanya tersenyum melihat pengakuanku, “kenapa bisa lupa sih? besok aku harus ambil pecinya” tuturku dalam hati.             Keesokan harinya aku berangkat ke TPA lebih awal niat hati mau mencari peci yang ketingga

Sepi

Gambar
Akhir-akhir ini terasa begitu sepi, apa karena aku mengurung diri? Tidak bukan itu, aku bisa saja bercengkrama dengan teman-teman via chatting, atau menelfonya, tapi entahlah aku merasa begitu sepi. Lagi pula siapa yang ingin aku telfon dan aku ajak bercerita? Aku tidak memikirkan siapapun, sudah lama aku meninggalkan curhat dengan teman atau bercerita masalah pribadi bahkan dengan seseorang yang akrab, aku terbiasa diam dan menyelesaikan itu sendiri. Apa aku tidak percaya dengan teman? berbagai macam pertanyaan berkumpul di kepala ku. Tidak, hanya saja aku merasa nyaman saat sendiri, mengkontemplasikan hal-hal yang mengganggu pikiranku. Sosial media pun tidak terlalu menghiburku, begitupun sarana chatting. Menatap langit sudah menjadi keseharianku, aku tak terbiasa memujinya, namun sangatlah indah menatapnya, menghilangkan setiap jengkal sepi menjadi sesuatu yang bisa dinikmati. Saat sendiri aku terbiasa menatap langit, seolah melihat mahakarya, aku memikirkan kesepianku